Skip to main content

A Decision

Kupercayakan hidupku ini
Atas izinMu kumampu tetap berdiri
Dan kuikhlaskan segenap diri
Dalam lirih kumohonkan petunjukMu menerangi
Garis takdirku sebagai hambaMu
Slalu bersujud mengharap cintaMu
Hidup matiku di genggamanMu kupasrahkan hanya padaMu
Badai merintang menghalangi
Asal engkau tetap di hati tiada ragu tuk jalani takdir ini
Kuteguhkan keimanan hadapi cobaan
Karna takdir digariskan adanya ujian
Kuatkanlah hamba….
(Haris Shaff Fix – Garis Takdir)

Menyusuri hasta demi hasta, berusaha menyimpan potret dalam memori permanen otak ini. Ada haru ketika harus pergi, ada gerimis saat melangkah menjauh, diiringi putaran roda dan bayang yang tampak dari bingkai kaca. Sudah kuputuskan. Ini berat, tapi harus. Dalam hidup, seringkali harus memilih. Ada yang menganggapnya suatu kebanggaan, namun menjadi sulit jika satu langkah saja dipijak, kehidupan yang jadi taruhannya. Lalu nurani pun menghampiri. Saat hilang arah, saat bimbang merajai, kemana lagikah seorang hamba kan dapatkan kepastian selain pada Pemiliknya? Dan alibi yang mana lagikah untuk menghindar bila Dia telah memberikan jawabanNya?

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
(An Nahl : 102)

Dan beginilah akhirnya. Mungkin aku tak akan menjadi setetes air di padang pasir yang gersang, tapi aku ingin menjadi air dari mata air yang mengalir membawa rahmatNya. Aku memang tak tahu, seberapa deras laju yang kan kuhadapi, seberapa tajam batu sungai yang akan menghujamku. Tapi aku yakin, di muaraNya nanti kan kudapatkan segenggam kebebasan dan kelezatan dalam jiwa bila kususuri arus ini dengan mengharap ridhoNya. Insya Allah….
Maaf, karena kuyakin akan ada yang kecewa. Maaf karena aku telah menyiakan sebuah tempat yang telah kurebut dari pemilik yang seharusnya. Bila aku boleh berandai, demi Allah, aku tak pernah mengharapkan hal ini terjadi. Tapi pastilah Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hambaNya.
Terimakasih tulus terucap pada kawan-kawan yang telah ikut mendoakan. Jazakumullohu khoiron katsiron.

Dan daun-daun pun berdzikir dalam gemerisiknya. Dan seluruh ikan di laut pun turut menggemakan asmaNya.

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.
(Ali Imron : 160)

Lalu diri yang dhoif ini pun berikrar. Bismillahi tawakkaltu ‘alallah….

Surakarta, 5 Ramadhan 1431
(Saat harus meninggalkan kampung halaman tercinta)

Comments

Popular posts from this blog

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m

Kerlap-kerlip

Mati lampu. Ini bukan karena pulsa listrik kost saya habis atau belum bayar 3 bulan. Bukan juga karena lampunya kadaluarsa. Semua lampu sepanjang jalan kost mati, itulah kenyataan yang terjadi, dan harus diterima dengan lapang dada. Dan saya, disini ngutak-atik laptop, nulis-nulis blog selagi temen2 kost ribut masalah lilin, korek, dan seterusnya. Saya cukup menikmati kegelapan ini, karena kamar saya jadi bersinar gara2 hiasan bintang2 fluoroscent warna hijau, pink, dan biru yang saya tempel di langit2 dan tembok kamar saya. Walhasil, kalo mati lampu, kamar saya jadi kerlap-kerlip, jad i berasa melayang-layang di tengah langit malam (lebay), hem mungkin sederhananya seperti berada di planetarium, atau apalah itu, yang jelas rasanya nyaman sekali :) Alhamdulillah, lampunya udah nyala! Wah, cepet banget ya, cuma berapa menit gitu, ga sampe setengah jam. Kamar saya sekarang jadi terang benderang, ga kerlap-kerlip lagi :) Hem, saya jadi teringat sama penemu lampu pijar, Thomas Alfa Edi