Skip to main content

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes.

Abaikan pose orang-orang yang di pinggir
1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal.
Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias mengandalkan beasiswa. Dan spesies semacam saya jumlahnya nggak sedikit, karena memang beasiswa zaman sekarang ini ada banyak banget jenisnya. Kalau misal belum mendapat beasiswa dan kesulitan membayar, bisa juga mengajukan kompensasi ke fakultas, atau minta bantuan ke organisasi mahasiswa misalnya ke BEM. Selama di FK saya mengenal temen-temen yang anak konglomerat, kemana-mana pakai mobil bagus, kos di apartemen mewah , dan tiap hari makan di restoran mahal. Tapi banyak juga temen yang jalan kaki, ngekos di kosan biasa, dan makan sehari-hari nasi sayur pak RT. 

2. Mahasiswa FK pinter-pinter dan rajin-rajin.
Antara ya dan tidak. Kalau pinter, menurut saya enggak selalu, tapi kalau rajin harus. Bagaimanapun juga belajar adalah cara bertahan hidup di FK, Bung. Semales-malesnya anak FK, sebelum ujian pasti bakal belajar. Nah masalahnya ujian di FK itu hampir tiap hari, mulai dari pretes, postes, responsi, sampai ujian blok. Misal remed juga harus ujian ulang atau dikasih tugas tambahan yang mau nggak mau bikin anak FK tambah rajin lagi. Itu belum termasuk laporan tutorial dan praktikum yang sehari bisa lebih dari satu. Saya jadi inget cita-cita saya pas masuk FK pertama kali adalah pengen jadi dokter yang tulisannya bagus, tapi di tengah jalan baru menyadari bahwa itu semua kemustahilan. Lelah tangan Hayati nulis, Bang. Biar jelek yang penting kelar deh itu tugas-tugas.

3. Mahasiswa FK bukunya tebel-tebel dan mahal-mahal, bahasa inggris pula.
Ini fakta, tapi ada rahasia yang tersembunyi di baliknya (tsah). Bukunya memang tebel-tebel, tapi jarang yang dibaca sampe khatam (plak). Karena biasanya udah cukup pusing belajar materi dari handout, ppt dosen, materi praktikum, dan catatan kakak tingkat. Biasanya perblok juga ada buku yang jadi pegangan sesuai materi yang sedang dibahas, jadi akhirnya buku yang beratnya berkilo-kilo itu dibaca cuma pada bab-bab yang lagi dipelajari. Nah karena kedokteran itu long life learning, buku-buku itu bisa jadi pegangan seterusnya bahkan setelah lulus. Misalnya saya nih pas koass atau jaga klinik nemu pasien yang begini dan begitu, tapi kok dulu saya belum baca teorinya dengan detail atau udah pernah baca tapi lupa, akhirnya saya jadi penasaran dan buka buku lagi deh. Masalah harga buku, emang relatif mahal-mahal, tapi bolehlah kita objektif, novel yang 400 halaman aja harganya 60-80 ribuan, apalagi buku kedokteran yang ribuan halaman, kertas glossy pula. Tapi ada banyak cara menyiasatinya kok, misalnya dengan fotocopy, softfile, atau beli buku kualitas kw. Saya aja dari sekian banyak buku di rak, yang asli cuma buku-buku atlas, sisanya aspal hehehe. Untuk kendala bahasa, sudah banyak buku terjemahan kok jadi nggak usah bingung. Tapi gimanapun juga harus tetep bisa bahasa inggris, karena lebih banyak jurnal kedokteran dan guidelines yang update hanya berbahasa inggris. 

4. Mahasiswa FK kuliahnya lama.
Fakta! Pakai bold dan garis bawah. Untuk menyelesaikan pendidikan atau sumpah dokter, tahapnya adalah preklinik atau gampangnya kuliah biasa selama 3,5 tahun, lalu koass atau praktik di rumah sakit selama 2 tahun, dan ujian kompetensi sampai lulus agar bisa sumpah dokter. Setelah menyandang gelar dokter, belum boleh praktik mandiri karena harus melaksanakan program dokter internship selama satu tahun. Baru setelah itu bebas bisa kerja atau sekolah lagi. Ohya itu baru program dokter umum ya. Kalau mau ambil spesialis berarti harus sekolah lagi selama kurang lebih 4 tahun. Yang mau jadi dosen juga bisa sekolah S2 selama kurang lebih 2 tahun. Silakan dijumlah sendiri berapa tahun yang dibutuhkan untuk jadi dokter, disaat temen-temen lain sudah banyak yang lulus duluan, bekerja, berkeluarga, dan punya anak cucu. 

5. Mahasiswa FK belajar terus nggak pernah main.
Hanya mitos. Memang seperti yang saya tulis di atas bahwa kuliah FK hampir tiap hari ujian dan banyak tugas, tapi hari sabtu dan minggu tetap libur kok. Seperti di fakultas lain, di FK juga banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bisa jadi tempat penyaluran minat, bakat, dan tentu saja refreshing. Yang suka olahraga bisa ikut klub sepakbola atau basket. Yang suka musik ada wadahnya, yang suka kegiatan rohani bisa ikut rohis, yang suka naik gunung juga ada komunitas mahasiswa pecinta alam. Di luar kegiatan UKM, mahasiswa FK juga masih bisa nonton bioskop atau karaoke, lebih sering setelah selesai ujian blok. Pun banyak yang masih update drama-drama korea atau sekadar reality show. 

6. Mahasiswa FK itu eksklusif, gaulnya cuma sama anak FK aja.
Nggak bener. Pada kenyataannya banyak kok anak FK yang kumpul-kumpul sama fakultas lain. Untuk organisasi, memang biasanya anak FK hanya ikut di lingkup FK aja, karena terkendala jadwal. Misal nih di tempat saya jadwal kuliah adalah mulai dari jam delapan pagi sampai empat sore, kalau ditambah pretes atau asistensian praktikum biasanya malah berangkat jam enam pagi. Nah kadang organisasi lingkup universitas mengadakan rapat jam satu siang. Otomatis anak FK nggak bisa dateng, dan saat hal tersebut terjadi berulang kali, rasanya nggak enak juga kan. Begitu juga saat koass, jadwal lebih nggak teratur lagi karena sering ditambah jadwal juga dan lain-lain. Tapi di luar itu semua, anak FK tetep mau main sama yang lain kok, asal waktu dan situasinya cocok.

7. Mahasiswa FK harus tidur sama mayat.
Mitos yang konyol, tapi dulu saya pernah hampir mempercayainya. Memang anak FK nggak bisa menghindar dari mayat, tapi nggak sampai bobok bareng juga. Saya pertama kali pegang mayat waktu ospek. Ceritanya saat orientasi laboratorium, sebelum masuk lab anatomi, mahasiswa baru harus salaman satu persatu dengan tangan mayat yang sudah diawetkan, istilahnya kadaver. Saya awalnya mengira itu tangan boneka, tapi waktu dipegang kok sensasi nya kayak salaman sama bapak saya. Di dalam lab, mahasiswa baru mencari kode-kode yang tersembunyi di balik potongan-potongan kadaver. Seru lah pokoknya. Lalu saat kuliah mahasiswa FK harus praktikum di lab anatomi dan menghafalkan organ-organ tubuh dengan bantuan kadaver. Nggak ada yang namanya takut, justru anak FK sangat menghormati kadaver karena mereka menjadi guru dalam pembelajaran. Kalau saya sih bukannya ngeri sama kadaver, tapi malah pusing, kok ga hapal-hapal, nama organnya susah-susah.

8. Mahasiswa FK nggak boleh takut sama darah.
Kalau ini termasuk fakta, karena hidup di FK nggak akan jauh-jauh dari darah. Tapi nggak papa kok semisal awalnya takut, lama kelamaan juga akan terbiasa sendiri. Waktu praktikum ambil darah pertama kali, saya sampai nangis dan punya pikiran untuk keluar dari FK. Tapi setelah berkali-kali diambil darah dan ngambil darah temen, ketakutan itu berkurang bahkan hilang sama sekali. Apalagi waktu koass, hampir tiap kali jaga pasti dapet giliran untuk ngambil darah pasien. Juga waktu stase bedah, udah nggak kepikiran lagi yang namanya takut darah, adanya keinginan untuk mendapatkan pengalaman. Meski udah nggak takut, tapi dituntut lebih hati-hati saat ambil darah orang yang sakit, karena bisa jadi darahnya infeksius dan bisa menularkan sakit ke pemeriksanya. Jangankan darah, bahkan nanah, urine, dan feses juga udah biasa aja.

9. Mahasiswa FK pola hidupnya sehat, selalu makan makanan bergizi.
Saya malu untuk mengatakan bahwa ini hanya mitos belaka. Pada kenyataannya hidup anak FK seringkali nggak sehat blas. Mungkin itu sebabnya ada istilah mengorbankan kesehatan sendiri demi menjaga kesehatan orang lain (tsah). Begadang, minum kopi, konsumsi makanan instan, bahkan nggak makan sama sekali sudah menjadi kebiasaan. Saya jadi inget kalau mau ujian blok dulu sering belajar bareng sama anak-anak sekosan sambil ngemil mie goreng instan yang dikremes doang, nggak dimasak. Olahraga? Duh kapan ya terakhir kali. Sudahlah saya malu menuliskannya.

10. Mahasiswa FK cakep-cakep dan cantik-cantik
Kalau yang dilihat itu Tompi, Ryan Tamrin, Meysi, Shindy Kurnia Putri, emang bener sih cakep-cakep dan cantik-cantik. Tapi kalau yang dilihat itu saya, cukup sekian tolong jangan diteruskan.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Kerlap-kerlip

Mati lampu. Ini bukan karena pulsa listrik kost saya habis atau belum bayar 3 bulan. Bukan juga karena lampunya kadaluarsa. Semua lampu sepanjang jalan kost mati, itulah kenyataan yang terjadi, dan harus diterima dengan lapang dada. Dan saya, disini ngutak-atik laptop, nulis-nulis blog selagi temen2 kost ribut masalah lilin, korek, dan seterusnya. Saya cukup menikmati kegelapan ini, karena kamar saya jadi bersinar gara2 hiasan bintang2 fluoroscent warna hijau, pink, dan biru yang saya tempel di langit2 dan tembok kamar saya. Walhasil, kalo mati lampu, kamar saya jadi kerlap-kerlip, jad i berasa melayang-layang di tengah langit malam (lebay), hem mungkin sederhananya seperti berada di planetarium, atau apalah itu, yang jelas rasanya nyaman sekali :) Alhamdulillah, lampunya udah nyala! Wah, cepet banget ya, cuma berapa menit gitu, ga sampe setengah jam. Kamar saya sekarang jadi terang benderang, ga kerlap-kerlip lagi :) Hem, saya jadi teringat sama penemu lampu pijar, Thomas Alfa Edi