Skip to main content

Tiga Buku di Pulau Terasing

Seandainya saya terjebak di sebuah pulau terpencil, sebenarnya saya ingin memboyong semua buku dari rak di kamar saya. Tetapi jika hanya boleh memilih tiga, maka berikut adalah buku yang akan saya bawa:

1. Al Qur'an terjemah perkata. 
Ialah pedoman hidup yang nggak boleh ketinggalan kapanpun dimanapun. Kalau settingnya kondisi biasa maka saya bisa baca Al Quran lewat aplikasi smartphone, tapi kalau di pulau antah berantah, belum tentu ada listrik dan batre pasti bakal habis dalam hitungan kurang dari sehari. Dan karena saya nggak tau kapan bisa pergi dari pulau itu maka saya harus tetap melakukan aktivitas yang bermanfaat. Syukur alhamdulillah kalau selama terjebak saya bisa dapet hapalan sampai berapa juz (ngarepnya sih khatam ya, aamiin). 

2. Fisiologi Guyton
Jangan anggap saya sok rajin atau sok pinter ya hehehe, justru karena saya merasa butuh buat ngerti, maka saya putuskan bawa buku seberat plus minus 2 kg ini. Di antara ilmu kedokteran lain, menurut saya fisiologi adalah hal yang paling penting dan mendasar. Tapi sayangnya waktu kuliah saya paling nggak mudeng fisiologi, itu yang mendorong saya memutuskan beli 3 versi buku fisiologi: Guyton, Sherwood, dan Ganong. Diantara ketiganya, Ganong yang paling simpel, tapi Sherwood yang bahasanya paling asik dan dikit-dikit bisa saya pahami. Nah kalau Guyton itu sebenernya versi yang paling komplit, meski awal baca bikin saya migrain, garuk-garuk lantai, jedut-jedutin kepala di tembok, sampai nangis darah (maap lebay). Tapi setelah mulai nangkep alurnya, ternyata Guyton nggak kalah asik dari dua versi lainnya kok. Dan menghabiskan waktu di sebuah pulau tak berpenghuni sambil baca Guyton tanpa ada yang mengganggu semoga bisa bikin saya jadi pinter. Atau malah jadi punya satu bantal buat alas tdur, wallahu'alam.

3. Buku tentang bertahan di alam liar
Sebenernya saya belum kepikiran apa judul buku ketiga ini, berhubung saya juga belum punya. Makanya saya jadi kepikiran buat nyari di google deh habis ini, dan segera beli, karena ternyata penting. Kalau bisa isi bukunya paket komplit mengenai gimana caranya hidup di tempat terbuka, atau lebih spesifik lagi, pulau tak berpenghuni. Mulai dari makanan apa aja yang bisa dikonsumsi, jenis tanaman yang bermanfaat dan yang beracun, bagaimana tips menangkap ikan atau hewan buruan serta cara memasaknya, sampai cara mengolah air laut agar bisa dikonsumsi. Pokoknya buku yang isinya lengkap deh, mungkin ada rekomendasi?

Ohya saya pengin bawa satu lagi, yaitu buku catatan plus pulpen satu pack, buat nulis diary mengenai kisah saya terjebak di suatu pulau seorang diri. Kali aja saya bisa bikin catatan perjalanan kayak yang di film-film atau cerita-cerita sejarah itu loh. Terus kalau kebetulan nemu botol kosong, bisa saya sobek secarik kertas dan nulis surat buat dihanyutkan. Siapa tau ada seseorang yang akan menemukannya, dan ternyata dialah jodoh saya? Hehehe mulai deh ngayal.

Comments

Popular posts from this blog

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m

Kerlap-kerlip

Mati lampu. Ini bukan karena pulsa listrik kost saya habis atau belum bayar 3 bulan. Bukan juga karena lampunya kadaluarsa. Semua lampu sepanjang jalan kost mati, itulah kenyataan yang terjadi, dan harus diterima dengan lapang dada. Dan saya, disini ngutak-atik laptop, nulis-nulis blog selagi temen2 kost ribut masalah lilin, korek, dan seterusnya. Saya cukup menikmati kegelapan ini, karena kamar saya jadi bersinar gara2 hiasan bintang2 fluoroscent warna hijau, pink, dan biru yang saya tempel di langit2 dan tembok kamar saya. Walhasil, kalo mati lampu, kamar saya jadi kerlap-kerlip, jad i berasa melayang-layang di tengah langit malam (lebay), hem mungkin sederhananya seperti berada di planetarium, atau apalah itu, yang jelas rasanya nyaman sekali :) Alhamdulillah, lampunya udah nyala! Wah, cepet banget ya, cuma berapa menit gitu, ga sampe setengah jam. Kamar saya sekarang jadi terang benderang, ga kerlap-kerlip lagi :) Hem, saya jadi teringat sama penemu lampu pijar, Thomas Alfa Edi

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)