Skip to main content

Setelah Sekian Lama Menghilang

Kutulis atas nama Allah.
Lama sekali tak bersua, Kawan. Adakah kau menantikanku? Ah, agaknya tidak terlalu ya. Hm, tapi aku akan tetap berbicara, tak peduli kau mau duduk lalu mendengar atau berlalu tanpa menghiraukan.
Saat menyampaikan ini, banyak perubahan yang terjadi. Kini usiaku kepala dua, Kawan. Ya, kepala dua. Artinya aku sudah memasuki babak dewasa pertengahan dalam periode hidupku. Dua dasawarsa. Ah, itu terdengar agak menyakitkan. Rasanya baru kemarin aku bergelayut manja, menggenggam erat tangan ibuku di hari pertama masuk sekolah dasar. Dan baru sesaat lalu aku, dengan mental anak-anak yang sok tau, berjalan kaki menjauh dari rumah, karena tak mau berangkat mengaji. Hal-hal detail terjadi dan berlalu. Seolah-olah semuanya menjauh ke belakang, seperti halnya pohon yang kau lihat lewat jendela mobil yang berjalan kencang. Tak mempedulikan sudut matamu yang menatapnya hingga menghilang, menyisakan memori dalam lobus otakmu. Hijaunya, rimbun daunnya.
Terkadang sesak terasa saat tiba-tiba memori itu muncul. Rindu pada masa itu, tapi tak kuasa mengulangnya. Situasinya, rasanya, emosinya, tak akan mungkin sama, sehebat apapun kau mampu men-setting.
Dan aku, si sanguin yang kekanak-kanakan ini, sangat sulit merubah sikapku meski semua telah berubah, dan menuntutku berubah. Tapi ketahuilah, dengan sifat sanguin dan kekanak-kanakan ini, aku berusaha menjadi seorang dewasa pertengahan dan menempatkan diri sesuai dengan peranku saat apapun. Yah, setidaknya aku mencoba. Hehe
Kau tau Kawan, saat menyampaikan hal ini, pikiranku kacau oleh berbagai hal. Amanah yang tiba-tiba datang dengan bertubi, ujian yang tak rela ditunda, binaan yang tak terbina, juga diriku sendiri yang sedang sulit mendengar hikmah. Semua bercampur menghasilkan harmoni keabsurdan yang hampir-hampir menyaingi keriweuhan kota jakarta *kayaknyainiagakberlebihan
Seringkali aku ingin berfragmentasi, lalu masing-masing diriku melakukan satu hal tanpa harus membagi dengan hal lainnya. Fokus. Untungnya aku berwujud manusia, bukan cacing, jadi tak mungkin melakukan pembelahan diri semacam itu, karena jika bisa, mungkin semua orang akan menyangka bahwa aku adalah siluman yang biasa muncul di acara salah satu televisi swasta indonesia *apaandehbanz
Lantas, aku menjadi orang yang sering "sirik" pada orang yang memiliki lebih banyak spare time. Mereka yang bisa nonton film korea seenak udelnya, bisa tidur siang sepuas hatinya, bisa jalan-jalan nge-hedon sampe kaki mau copot.
"Hey, berikan aku sedikit waktumu. Aku janji, akan memanfaatkannya untuk kepentingan dakwah dan umat. Ga bakal gue sia-siain deh pokoknya" itu sekelumit hal yang aku pikirkan saat ngeliat orang lain bisa bebas bersantai-santai dalam hidupnya *soriagakemosidikit
Tapi kembali lagi, aku yang kini berusaha menjadi pribadi dewasa dan men-stabilkan emosi (ceileee), punya satu keyakinan: Allah Maha Adil! Dan setiap makhluk akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang telah ia lakukan.
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS Al Israa 17:36)
Maka, aku akan berusaha (insya Allah) untuk melakukan yang terbaik. Memperbaiki iman yang sering berserakan, tawazun dalam segala aspek, tawakal setelah berihtiar maksimal.
Sesungguhnya istirahat seorang muslim hanyalah saat kakinya menginjak surga!
Bismillah ^_^


Comments

Popular posts from this blog

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Kenapa Menulis?

Saat duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar saya pernah diberi tugas menuliskan aktivitas yang dilakukan selama liburan sekolah. Saya yang hanya LDR (liburan di rumah) bingung harus menulis apa dan akhirnya hanya menulis tentang kegiatan saya main ke rumah nenek, manjat pohon, makan mangga, jatuh, dan hal-hal ngga penting lain yang intinya semua itu cuma ngarang belaka. Walhasil nilai yang tertera di lembar tugas saya hanya 65, beda jauh dengan teman saya yang menceritakan liburannya ke luar kota dan dapat 90. Yah mungkin gaya bahasa saya yang memang ndeso banget, tapi saya jadi sebal sama pelajaran mengarang. Meski sebal menulis tapi saya cinta membaca. Awalnya buku yang saya baca hanya sebatas fabel, dongeng-dongeng dunia, atau majalah bobo yang bapak saya beli secara kiloan di shoping center, paling banter adalah buku kumpulan cerita rakyat yang ibu saya pinjamkan dari perpustakaan umum. Lalu perlahan saya mulai menyentuh majalah annida punya kakak dan dari situ saya mulai kenal p...

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m...