Bismillah.
Perjalanan, selalu membekaskan kesan yang berbeda. Saya sangat menikmati saat-saat dimana saya bisa memperhatikan orang-orang yang saya temui di perjalanan. Orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda, wajah, ekspresi, serta isi pikiran yang juga tak sama. Orang-orang tak punya hubungan apapun dengan saya, yang saya temui hanya karena sebuah tujuan atau alur perjalanan yang sama. Orang-orang yang mungkin tak akan saya temui lagi, sepanjang sisa usia saya. Dari mereka, seringkali saya temui hikmah. Pelajaran hidup yang terkadang sulit dideskripsikan, dan terkadang pula membuat saya tersadar, takjub!
Pernah saat saya naik kereta api, seorang wanita membuang bungkis p*pmie keluar jendela. Kalau saja ia mengingat ilmu fisika, ia tak akan melakukannya tanpa memperhatikan sudut posisi tangannya saat membuang, karena kencangnya tekanan angin yang berlawanan laju kereta membuat bungkus itu masuk kembali kedalam kereta, dengan wujud tak karuan, tapi lewat jendela penumpang lain di belakangnya. Sisa p*pmie tumpah kemana-mana. Sendoknya melompat ke kepala penumpang lain, kuahnya nyiprat ke wajah-wajah tak bersalah. Hoho kalau ingat kejadian itu jadi geli sendiri. Untung saya ga ikut-ikutan jadi korban. Pernah juga saya melihat adegan mesra antara dua muda-mudi yang pegang-pegangan tanpa ingat bahwa orang disekitarnya ga cuma ngontrak di dunia ini. Dan ada juga pengalaman menikmati orkes dadakan bapak-bapak seniman musik keroncong yang latihan manggung.. ^_^
Hem, perjalanan selalu menyisakan kenangan tersendiri. Begitu pula hari ini. Awalnya saya tak mengenal beliau. Bahkan kisah mengalir tanpa kami mengetahui nama satu sama lain. Tapi sungguh ada ibroh yang begitu indah dari sebuah perbincangan singkat antara saya dan beliau. Hikmah dari seorang pengurus yayasan yang menyayangi anak-anak panti sebagaimana anaknya sendiri. Beliau yang dengan begitu banyak cobaan dalam hidupnya, mampu bersabar dan menyerahkan segalanya pada Allah. Maka saya sadar, bahwasanya sungguh Allah adalah Maha Pengatur, yang telah merencanakan pertemuan antara saya dan beliau. Hingga beliau membagi hikmah yang Allah titipkan kepada saya, yang belakangan ini diliputi kegalauan. Dan saya bercermin, merasa malu.
Saya tahu Bu, hanya kekuatan luar biasa yang membuatmu mampu menahan air mata saat bercerita pada saya, meski tanganmu bergetar, memilin-milin baju, saat kau tularkan ketabahanmu. Saya memahami, tawamu menyembunyikan luka. Namun kau simpan dalam relung terdalam, diselimuti beningnya nurani yang kau untai saat sujud-sujud malammu.
Serangkai doa saya lantunkan, untuk seorang Bu Amanah, yang saya temui di atas travel pemalang-solo pagi tadi.
Ya Allah karuniakan rahmatMu padanya, yang tak letih mengemis kemurahanMu di penghujung malam. Limpahkan ia kekuatan dan ketabahan untuk terus yakin akan indahnya rencanaMu.
Semoga suatu saat Allah mempertemukan kami lagi :)
Perjalanan, selalu membekaskan kesan yang berbeda. Saya sangat menikmati saat-saat dimana saya bisa memperhatikan orang-orang yang saya temui di perjalanan. Orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda, wajah, ekspresi, serta isi pikiran yang juga tak sama. Orang-orang tak punya hubungan apapun dengan saya, yang saya temui hanya karena sebuah tujuan atau alur perjalanan yang sama. Orang-orang yang mungkin tak akan saya temui lagi, sepanjang sisa usia saya. Dari mereka, seringkali saya temui hikmah. Pelajaran hidup yang terkadang sulit dideskripsikan, dan terkadang pula membuat saya tersadar, takjub!
Pernah saat saya naik kereta api, seorang wanita membuang bungkis p*pmie keluar jendela. Kalau saja ia mengingat ilmu fisika, ia tak akan melakukannya tanpa memperhatikan sudut posisi tangannya saat membuang, karena kencangnya tekanan angin yang berlawanan laju kereta membuat bungkus itu masuk kembali kedalam kereta, dengan wujud tak karuan, tapi lewat jendela penumpang lain di belakangnya. Sisa p*pmie tumpah kemana-mana. Sendoknya melompat ke kepala penumpang lain, kuahnya nyiprat ke wajah-wajah tak bersalah. Hoho kalau ingat kejadian itu jadi geli sendiri. Untung saya ga ikut-ikutan jadi korban. Pernah juga saya melihat adegan mesra antara dua muda-mudi yang pegang-pegangan tanpa ingat bahwa orang disekitarnya ga cuma ngontrak di dunia ini. Dan ada juga pengalaman menikmati orkes dadakan bapak-bapak seniman musik keroncong yang latihan manggung.. ^_^
Hem, perjalanan selalu menyisakan kenangan tersendiri. Begitu pula hari ini. Awalnya saya tak mengenal beliau. Bahkan kisah mengalir tanpa kami mengetahui nama satu sama lain. Tapi sungguh ada ibroh yang begitu indah dari sebuah perbincangan singkat antara saya dan beliau. Hikmah dari seorang pengurus yayasan yang menyayangi anak-anak panti sebagaimana anaknya sendiri. Beliau yang dengan begitu banyak cobaan dalam hidupnya, mampu bersabar dan menyerahkan segalanya pada Allah. Maka saya sadar, bahwasanya sungguh Allah adalah Maha Pengatur, yang telah merencanakan pertemuan antara saya dan beliau. Hingga beliau membagi hikmah yang Allah titipkan kepada saya, yang belakangan ini diliputi kegalauan. Dan saya bercermin, merasa malu.
Saya tahu Bu, hanya kekuatan luar biasa yang membuatmu mampu menahan air mata saat bercerita pada saya, meski tanganmu bergetar, memilin-milin baju, saat kau tularkan ketabahanmu. Saya memahami, tawamu menyembunyikan luka. Namun kau simpan dalam relung terdalam, diselimuti beningnya nurani yang kau untai saat sujud-sujud malammu.
Serangkai doa saya lantunkan, untuk seorang Bu Amanah, yang saya temui di atas travel pemalang-solo pagi tadi.
Ya Allah karuniakan rahmatMu padanya, yang tak letih mengemis kemurahanMu di penghujung malam. Limpahkan ia kekuatan dan ketabahan untuk terus yakin akan indahnya rencanaMu.
Semoga suatu saat Allah mempertemukan kami lagi :)

Comments
Post a Comment