Skip to main content

Curhat Pasca Ujian Muskuloskeletal

Bismillah.
Saya awali postingan saya dengan tawa: HAHAHAHA!!!

Alhamdulillah yah, akhirnya berakhir juga perbegadangan (?) saya selama 2 pekan ini. Pagi tadi, tepatnya pukul 09.40 saya resmi menyelesaikan ujian blok muskuloskeletal, setelah pekan sebelumnya bergulat dengan neoplasma.

Daaaann.....
*jeng jeng jeng jeng*
tadi pagi saya keluar ruang ujian dengan senyum terindah sepanjang 2 pekan ini. Bukan, bukan karena saya bisa mengerjakan semua soalnya tanpa kesulitan sedikitpun, melainkan karena setelah detik itu usai sudah detik-detik penuh kecemasan dan harap-harap tak berdaya menanti soal-soal yang harus saya hadapi. Kamar saya pun kini telah rapi kembali seperti puteri (?) setelah beberapa hari ini hancur lebur bagai pesawat terbang yang jatuh ke laut dan tak terselamatkan. Hohoho
(lebay deh mulai)

Gimana hasilnya? Kita tunggu saja akhir semester nanti... B-)
Yang jelas, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Errr, sebenernya merasa belum maksimal juga si, tapi yasudahlah. Serahkan saja pada yang maha kuasa. Hehehe

Hem, dan musti saya "templok" kan dalam memori permanen otak saya, bahwa selesainya blok, bukan berarti bebas melupakan materinya sama sekali. Secara, kasus-kasus yang akan saya hadapi setelah jadi dokter nanti (amiiin) pastinya ga akan jauh-jauh dari kuliah dosen, materi tutorial, dan sebagainya. Bahkan pengembangannya bakal lebih luas lagi, karena manifestasi klinis tiap individu di lapangan praktis berbeda dan dipengaruhi banyak faktor. Fyu~

Ya Allah, ridhoi dan beri kemampuan, ridhoi dan beri kemampuan, ridhoi dan beri kemampuan, amiiinn....



Ganti topik aaahh~
Saudara-saudara, seperti yang kita ketahui, kini sebagian besar bumi indonesia sedang mengalami yang namanya musim penghujan. Bahkan kemaren waktu saya pulang kampung, kabarnya kampus UNS dan sekitarnya porak poranda tidak karuan karena "ulah" hujan badai campur angin dan petir...
(backsound: jegeerrr, jegeeerrr, jegeeeeeerrrrrr --> suara petir)

Sayangnya saya kurang beruntung menyaksikan live kejadian robohnya pohon-pohon di beberapa fakultas (termasuk FK), sekaligus matinya lampu gara-gara sumber listriknya kesamber petir. Secara, di rumah saat itu cuma rintik-rintik romantis (?) yang bikin betah tidur cepet-cepet dan bangun lama-lama :-P
Yang saya temukan saat kembali ke fk adalah: pohon depan perpus belom disingkirin sepenuhnya dan pohon deket laboratorium anatomi menyisakan pemandangan miris, batang pokok patah jadi dua, ambruk nimpa pohon di sebelahnya.
Menurut gosip, lebih dari 10 pohon di kampus tumbang malam itu. Ckckckck, luar binasa.

Hem, saya sebenernya punya firasat juga, soalnya UNS tuh penampakannya emang kayak hutan, jalanan ditumbuhi pohon-pohon gedhe yg entah kapan mulai tumbuh di dunia ini. Dulu pernah suatu saat saya kehujanan pas lagi bareng mio keliling kampus, ranting-ranting tuh berjatuhan di jalan hadapan saya. Mending kalo cuma ranting-ranting kecil, nha ini dari daun sampe batang pohon yang ukurannya lumayan juga ikut berjatuhan. Walhasil, saya berasa jadi pemain utama sebuah game yang sedang menghadapi rintangan dengan ranting-ranting yang siap meledak di kepala saya kalo tak sempat menghindarinya. Lalu saya pun dengan sigap dan mata bersinar di ujungnya (???) meliuk-liuk ke kanan, ke kiri, kanan lagi, kiri lagi. Hampir kena, menghindar, meliuk lagi, menangkis, ciat ciat ciaaaatt!!!
[system error]

Dan saudara-saudara, di samping batang-batang dan ranting-ranting yang siap dijatuhkan saat hujan tiba, ada pula keindahan yang tersembunyi di balik rimbunnya pohon-pohon di lingkungan kampus UNS. Apakah gerangan, wahai pujangga? Yuhuu, bunga-bunga sakura kuning!!

Hoho jadi sebenernya saya ga tau apa nama asli dari bunga-bunga yang ribuan kelopaknya jatuh saat tertiup angin itu, yang jelas kalo bunga-bunga itu udah berserakan di pinggir-pinggir jalan, rasanya nyaman sekali ngelihatnya. Serasa memandang cherry blossom, tapi bedanya ini warna kuning dan lebih kecil-kecil :-P

Curhat sedikit nih ya, tadi pagi waktu saya pulang makan sama temen habis ujian blok, bunga-bunga kuning itu gugur tepat di atas saya. Luruh satu persatu hingga menciptakan adegan slow motion yang benar-benar so swiiiitt *.*

Bunga-bunga itu seolah ikut merasakan kebahagiaan yang saya rasa, setelah menghadapi ujian. Hoho~

(How beautiful, like me! :-P)

Subhanalloh, Maha Suci Allah yang telah menciptakan semua keindahan ini. Baru juga keindahan di dunia, gimana keindahan di akhirat nanti?

Wallahu 'alam bishowab ^_^

Comments

Popular posts from this blog

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m...

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Tentang Kuliah di FK

Banyak orang yang berpikir kuliah di kedokteran itu keren, prestis, wah, dan sebagainya. Tak heran bila banyak yang bercita-cita jadi dokter. Banyak orang memandang dokter di masyakarat itu termasuk kalangan menengah ke atas, duitnya banyak, hidupnya santai tinggal kipas-kipas, uang datang sendiri. Tapi benarkah demikian? Saya pribadi sebelumnya ngga pernah bercita-cita jadi dokter, memimpikan pun tidak. Bagi saya jadi dokter itu ketinggian, saya benci pelajaran biologi, takut liat darah, dan orang tua saya juga ngga punya banyak uang, ditambah lagi, kuliah dokter kayaknya lama. Awalnya cita-cita saya ingin jadi sastrawan, jadi penulis buku (seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya ). Tapi kemudian saya ingin lebih realistis, karena orang tua saya ngga mungkin mengabulkan cita-cita semacam itu, dengan alasan untuk jadi penulis bisa dilakukan sambil kuliah yang lain. Jadi saya beralih untuk mengambil jalur yang sama dengan kedua kakak: menjadi guru. Kakak pertama s...