Skip to main content

Tempat Makan Favorit

Bagi saya tempat makan favorit itu bukan tentang dekorasinya yang mewah atau lokasinya yang strategis. Bukan juga tentang variasi menu maupun mahal murahnya harga yang ditawarkan. Tempat makan favorit bagi saya adalah tentang mana yang paling banyak menyimpan kenangan selama berada di kota rantau. Adalah Surakarta aka solo, tempat saya mengais ilmu dalam megahnya sebuah kata: mahasiswa. Kota yang dijuluki the spirit of java ini ngga hanya terkenal dengan lagu Stasiun Balapan dan "kota asal Pak Jokowi", ia juga menawarkan kelezatan wisata kuliner mulai dari yang harga ribuan ala serabi notosuman hingga ratusan ribu ala pizza hut. 

Saya tergolong orang yang suka cicip-cicip rasa baru. Jadi hampir semua jenis makanan di Solo sudah saya cobain, mulai cafe atau resto yang tampak asik, hingga makanan khas yang cukup legendaris. Sate buntel mbok galak, timlo sastro, selat mbok lies, nasi liwet, tahu kupat, tengkleng, bakso, semua enak. Meski saya lebih rindu pada makanan sehari-hari semisal nasi goreng, ayam geprek, ayam bandungan, telur bakar, tempe tahu penyet, atau nasi kucing belakang kampus. Tapi dari semua tempat makan enak yang pernah saya singgahi, tempat favorit justru berlabuh pada satu sudut kampus: kantin fakultas kedokteran.

Ialah tempat saya mengisi lambung di tengah jadwal kuliah yang tidak manusiawi. Tempat saya mengobrol kecil dengan kawan-kawan mulai dari topik ilmiah semisal bahan ujian sampai topik ngga penting semacam istri dosen x yang secantik artis sinetron. Ada sebuah pengalaman menggelikan sekaligus mengharukan saat ujian komprehensif untuk masuk koas. Perut yang belum terisi sarapan, ditambah saya mengkonsumsi obat yang mengiritasi lambung, juga rasa nervous karena menghadapi soal-soal, membuat penyakit mag saya kambuh. Rasa sakit yang tak tertahan membuat saya nekat izin keluar ruangan dan berlari secepat  kilat ke kantin. Saya yang ngga bawa uang maupun dompet, dengan  wajah memelas sambil meremas perut, bilang ke bu kantin bahwa mag saya kambuh di tengah ujian dan saya hanya butuh beberapa gigit makanan untuk meredakan gejolak asam lambung. Dan bu kantin dengan cekatan membuatkan saya teh manis sebelum saya lari kembali masuk ruang ujian.

Awalnya kantin FK terletak di pojok belakang gedung laboratorium yang kondisinya kurang layak, tapi sejak pembangunan gedung baru selesai, ia dipindahkan ke basement gedung 8 lantai. Saat itu saya sudah lulus preklinik dan tengah menjalani koass, jadi jarang mampir. Baru saat persiapan ukmppd saya kembali sering nongkrong di kantin. Tempat yang lebih luas, menu yang lebh variatif, ditambah wifi yang kenceng membuatnya jadi tempat belajar yang nyaman. Saat itu kebetulan sedang libur semester bagi mahasiswa preklinik jadi kondisi kantin relatif lebih sepi. 

Banyak di antara teman saya yang mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan ukmppd. Tapi bagi saya, biaya bimbel terlalu mahal, ditambah jadwal yang kurang cocok. Akhirnya bersama sesama teman belajar mandiri, kami mendirikan bimbel sendiri: bimbel kantin. Bimbel  ini mandiri, cari kumpulan soal sendiri dan jadi tutor sendiri, tapi cukup efektif dan akhirnya menarik banyak pengikut, bahkan dari teman-teman yang sebenarnya juga udah ikut bimbel di luar. Intinya sih diskusi dan mbahas soal bareng-bareng, tapi yang khas adalah lokasinya di kantin. Tempat ini dipilih karena saat belajar ada tiga hal yang diperlukan: sinyal wifi yang kenceng untuk googling kalau bingung nyari jawaban, colokan listrik untuk ngisi baterai laptop dan handphone, serta makanan untuk mengisi perut yang kosong. Dan tentu saja kantin FK menyediakan semua fasilitas tersebut. Jadilah kami betah duduk disana berjam-jam, sejak pagi hingga sore, dari sepi hingga sepi lagi. Yang paling senang tentu ibu kantin, karena meski libur semester tetap ada pelanggan setia, beruntungnya lagi kami golongan makhluk yang mudah kelaparan.

Mengenai menu, kantin FK ngga kalah dengan resto-resto pinggir jalan slamet riyadi. Menu andalannya adalah omelet, dan bukan sembarang omelet yang biasanya hanya telur dadar ganti nama. Ialah telur dengan ekstra suwiran ayam, dicampur bermacam sayur-sayuran, bertabur saus sambal dan mayones. Tak lupa irisan kubis, timun, dan tomat segar mempercantik sajian yang semakin menambah selera (duh jadi ngiler, huks). Selain itu ada juga nasi kornet, nasi goreng, ayam geprek, mie goreng, mie rebus, mie ayam, gado-gado, hingga nasi sayur beraneka rupa. Tak puas rasanya bila ngga dilengkapi sup buah, aneka jus, dan es krim aice yang menghilangkan dahaga. Di atas itu semua, harganya yg khas tarif mahasiswa membuat kantong ngga cepet bolong. Tp bangkrut jg sih lama-lama karena seharian disitu jadi pingin makan terus-terusan. 

Kantin FK telah menjadi saksi bisu (halah bahasanya) perjalanan saya di kampus. Sejak masih cupu diospek mahasiswa baru, pontang-panting kuliah, mati-matian belajar ukmppd, sampai ngurus segala keperluan sumpah dokter. Saya pasti akan selalu rindu pada teriakan ibu-ibu kantin kalau pesanan udah jadi, suasana riuhnya, update gosipnya, diskusi sengitnya, lebih-lebih pada sinyal kenceng wifinya. Terimakasih kantin FK yang telah mengenyangkan perut saya selama 6 tahun kuliah di solo :)

Comments

Popular posts from this blog

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m

Kerlap-kerlip

Mati lampu. Ini bukan karena pulsa listrik kost saya habis atau belum bayar 3 bulan. Bukan juga karena lampunya kadaluarsa. Semua lampu sepanjang jalan kost mati, itulah kenyataan yang terjadi, dan harus diterima dengan lapang dada. Dan saya, disini ngutak-atik laptop, nulis-nulis blog selagi temen2 kost ribut masalah lilin, korek, dan seterusnya. Saya cukup menikmati kegelapan ini, karena kamar saya jadi bersinar gara2 hiasan bintang2 fluoroscent warna hijau, pink, dan biru yang saya tempel di langit2 dan tembok kamar saya. Walhasil, kalo mati lampu, kamar saya jadi kerlap-kerlip, jad i berasa melayang-layang di tengah langit malam (lebay), hem mungkin sederhananya seperti berada di planetarium, atau apalah itu, yang jelas rasanya nyaman sekali :) Alhamdulillah, lampunya udah nyala! Wah, cepet banget ya, cuma berapa menit gitu, ga sampe setengah jam. Kamar saya sekarang jadi terang benderang, ga kerlap-kerlip lagi :) Hem, saya jadi teringat sama penemu lampu pijar, Thomas Alfa Edi