Skip to main content

Ajaib!

Bismillah.

Akhirnya menyerah dan kembali punya adek binaan lagi. Meski merasa bersalah akibat masih cetheknya ilmu serta dangkalnya pengetahuan. Tapi dengan azzam dalam hati, semoga ini insya Allah menjadi pelecut motivasi saya untuk terus terus terus dan terruuuusss belajar. Menggali dan memetik hikmah dari tiap kejadian dalam fragmen-fragmen kehidupan.

Sudah pertemuan kedua. Sejauh ini alhamduillah masih oke oke aja. Semoga kedepannya nanti progresnya membentuk kurva linier, bukan fungsi kuadrat yang punya titik puncak sebagai klimaks, lalu berbalik menuju antiklimaks hingga akhirnya mencapai titik nol, bahkan minus tak terhingga.
#sotoy banget dah bahasa gue :-P

And then, disini saya pengen posting sebuah kisah manis yang saya baca di buku panduan mentoring. Hem, bahasanya saya rubah dikit kali ya, biar agak agak gahol begitchuh. Semoga bisa kita ambil ibrohnya :)


Di suatu siang sepoi sepoi, dalam sebuah kelas geografi, tersebutlah seorang guru (sebut aja Bu Guru) yang lagi ngajarin materi kejaiban dunia pada murid-muridnya. Nha ceritanya Bu Guru ngasi pretest dulu sebelom pelajaran. Siswa diminta utk bikin daftar yang mereka pikir merupakan keajaiban dunia. Meski ga seratus persen bener, kebanyakan siswa jawab ini:

1. Menara Eiffel
2. Menara Pissa
3. Piramida
4. Taj Mahal
5. Tembok Besar China
6. Borobudur
7. Ka'bah

Tapi tapi tapi, waktu tiba saat pengumpulan hasilnya, Bu Guru ngeliat seorang siswi (sebut aja si murid) yang malah merenung, bingung, berpikir, dahinya berkerut-kerut, dan kertas jawabannya belom terisi apa-apa. Masih putih bersih bersinar kayak habis dicuci pake detergen pemutih aja (lebay deh mulai)
Terus terus terus, Bu Guru nanya deh, kenapa dia keliatannya bingung kayak orang linglung ke bandung pake sarung plus murung kayak burung ga dikasih karung (udah deh....)
Lalu lalu lalu, Si Murid jawab deh dengan gaya takut takut khas anak SD, "Iya Bu, saya bingung banget karena saking banyaknya jadi galau mau pilih yang mana"
Bu Guru dengan baik hati dan lapang dada berkata, "Ya udah, bilang aja ama Ibu. Kali aja Ibu bisa bantu milihin" (ini guru gaul juga ya bahasanya)
Setelah ragu sejenak, Si Murid akhirnya ngomong juga deh, bahwa menurutnya, keajaiban dunia itu....

1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa menyayangi
Dia berhenti sejenak, berpikir, agak ragu lalu melanjutkan
5. Bisa merasakan
6. Bisa merasakan
7. Dan, bisa mencintai.....
Dan seluruh kelas hening seketika

Astaghfirulloh, alangkah mudahnya selama ini kita mengagumi hasil buatan tangan manusia, sedangkan semua buatan "tangan" Allah yang telah dikaruniakan pada kita, kita menganggapnya hal biasa.

Semoga dari sini kita bisa terus bersyukur atas segala nikmat yang kita miliki , karena semua itu adalah suatu keajaiban....

Salam ^_^

Comments

Popular posts from this blog

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m

Kerlap-kerlip

Mati lampu. Ini bukan karena pulsa listrik kost saya habis atau belum bayar 3 bulan. Bukan juga karena lampunya kadaluarsa. Semua lampu sepanjang jalan kost mati, itulah kenyataan yang terjadi, dan harus diterima dengan lapang dada. Dan saya, disini ngutak-atik laptop, nulis-nulis blog selagi temen2 kost ribut masalah lilin, korek, dan seterusnya. Saya cukup menikmati kegelapan ini, karena kamar saya jadi bersinar gara2 hiasan bintang2 fluoroscent warna hijau, pink, dan biru yang saya tempel di langit2 dan tembok kamar saya. Walhasil, kalo mati lampu, kamar saya jadi kerlap-kerlip, jad i berasa melayang-layang di tengah langit malam (lebay), hem mungkin sederhananya seperti berada di planetarium, atau apalah itu, yang jelas rasanya nyaman sekali :) Alhamdulillah, lampunya udah nyala! Wah, cepet banget ya, cuma berapa menit gitu, ga sampe setengah jam. Kamar saya sekarang jadi terang benderang, ga kerlap-kerlip lagi :) Hem, saya jadi teringat sama penemu lampu pijar, Thomas Alfa Edi