Skip to main content

Make Up

Sebuah hal yang wajar bahwa wanita meyukai kecantikan dan seringkali (mungkin selalu) ingin tampil cantik. Berasa ratusan kupu-kupu terbang di dalam perut, saat ada orang yang memuji kalau kita cantik. Lantas bagaimana dengan penggunaan make up untuk menambah kecantikan?

Saya pribadi bukanlah tipe orang yang gemar memakai make up. Paling banter cuci muka, krim jerawat dari dokter, dan sunblock biar ngga item-item amat. Kalau bedak dan gincu hampir tidak pernah. Apalah lagi eyeliner, pensil alis, atau perona wajah, menyentuh aja seumur hidup baru berapa kali, itupun punya orang lain. Bahkan di momen menjelang  wisuda dan sumpah dokter, saat temen-temen yang lain pusing mncari salon yang paling bagus, mikirin aja engga. Ya, ini serius, waktu wisuda dan sumpah dokter saya benar-benar hanya pakai bedak dan gincu punya ibu, tanpa polesan lain.Ngga ada alasan lain, saya hanya merasa sayang kalau harus ke salon dan bayar mahal untuk make up yang hanya akan digunakan untuk momen beberapa jam saja. Kenapa ngga beli kosmetik dan rias sendiri? Apalagi itu, harga kosmetik mahal kakak, dan cuma mau dipakai sekali doang, lebih sayang lagi.

Yaudah sih wajahnya emang gini mau diapain lagi
Ada sebuah momen lucu saat pengambilan foto buku kenangan angkatan, ketika temen-temen yang lain udah menor habis-habisan dan saya cuma polosan aja, abang fotografernya langsung nunjuk saya sambil bilang "temen kalian yang ini tolong di make over biar ngga pucet sendiri" diikuti koor kompak "siap bang!" dan temen-temen langsung nyerbu saya yang cuma bisa pasrah dicoret-coret wajahnya. Tapi ngga mempan, karena baru berapa menit udah saya hapus lagi pakai tissu, terutama gincunya yang merah merona kayak habis makan ayam geprek cabe 16. Lengket kakak, pakai lipstik segitu tebelnya. 

Alasan saya ngga pakai make up sehari-hari juga salah satunya karena kulit wajah saya sensitif, jadi gampang jerawatan, dan gampang gatal-gatal. Nah tanpa make up rasanya bebas tanpa merasa was-was. Selain itu saya juga pernah dikasih tau kalau wanita ngga boleh bertabaruj, berdandan yang berlebih-lebihan. Apalagi kalau sampai mengubah ciptaan Allah, misalnya mencabut alis, mentato bibir biar merah atau mentato alis, mengikir gigi, dsb. Itu semua BIG NO!
“Allah melaknat orang yang menato dan wanita yang minta ditato, wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu), yang mencukur alis dan yang minta dicukur, serta wanita yang meregangkan (mengikir) giginya untuk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Tapi kalau make up yang ngga berlebihan, kembali ke diri masing-masing aja kali ya. Saya juga ngga bisa maksain selera saya ke orang lain. Yang penting dikembalikan lagi ke niatnya, pakai make up untuk apa? Apakah untuk menarik perhatian orang lain, pengen keliatan cantik, pengen ikut-ikutan aja, atau untuk sesuatu yang benar-benar manfaat?

Comments

Popular posts from this blog

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m

Kerlap-kerlip

Mati lampu. Ini bukan karena pulsa listrik kost saya habis atau belum bayar 3 bulan. Bukan juga karena lampunya kadaluarsa. Semua lampu sepanjang jalan kost mati, itulah kenyataan yang terjadi, dan harus diterima dengan lapang dada. Dan saya, disini ngutak-atik laptop, nulis-nulis blog selagi temen2 kost ribut masalah lilin, korek, dan seterusnya. Saya cukup menikmati kegelapan ini, karena kamar saya jadi bersinar gara2 hiasan bintang2 fluoroscent warna hijau, pink, dan biru yang saya tempel di langit2 dan tembok kamar saya. Walhasil, kalo mati lampu, kamar saya jadi kerlap-kerlip, jad i berasa melayang-layang di tengah langit malam (lebay), hem mungkin sederhananya seperti berada di planetarium, atau apalah itu, yang jelas rasanya nyaman sekali :) Alhamdulillah, lampunya udah nyala! Wah, cepet banget ya, cuma berapa menit gitu, ga sampe setengah jam. Kamar saya sekarang jadi terang benderang, ga kerlap-kerlip lagi :) Hem, saya jadi teringat sama penemu lampu pijar, Thomas Alfa Edi