Skip to main content

Akhirnya (mencoba) Nulis Lagi

Sebelum menulis ini saya benar-benar harus membaca basmalah 3 kali dan al fatihah 7 kali, juga puluhan kali mengumpulkan serpihan-serpihan niat yang mungkin telah menjadi butir-butir hingga nyaris tak kasat mata.
Tiga tahun, guys.
Sungguh crazy.
T-I-G-A T-A-H-U-N
Selama itulah saya benar-benar vakum menulis bahkan meski hanya tulisan galau atau curhat tak jelas. Paling banter tulisan yang saya buat hanyalah caption instagram yang panjangnya tak lebih dari beberapa kalimat. Dari dulu saya memang bukan orang yang rajin mengisi blog, tapi hampir air mata saya tumpah ruah berderai-derai melihat tanggal terakhir saya posting. Dan luapan ekspresi alay saya semakin menjadi saat melihat tampilan blog yg acakadut, Ini tampilannya kenapa jadi ngga rapi gini sih? Why? Why? Hiks. Hm mungkin besok saya akan mulai tata lagi layoutnya. InsyaaAllah besok. Atau besoknya lagi. Atau besoknya lagi *lantas toyor kepala sendiri*
Ngomong-ngomong, gimana kabarnya tahun baru (masehi)? Sudahkah menjadikan tahun yang lalu sebagai bahan muhasabah untuk menjadi pribadi yang lebih baik? Sudah tunai kah target-target di satu tahun terakhir dan sudah siapkah dengan resolusi-resolusi di tahun yang baru? Yah meski hakikatnya setiap hari merupakan hari baru, yang mana semestinya kita harus berusaha menjadi lebih baik dari hari sebelumnya, agar tak menjadi orang yang merugi, atau bahkan tercela.
Anyway, saya menjadikan tahun 2017 ini sebagai titik tolak untuk mulai membuka diri dan mulai berbagi lagi. Lalu alhamdulillah sahabat saya yang baik hatinya seperti peri (dan sudah siap menyempurnakan separuh agama :P) mengajak saya ikut january writing challenge. Jadi meski bahasa tulisan saya masih kaku akibat kelamaan cuma copas grup whatsapp sebelah, semoga setidaknya bisa menumbuhkan motivasi diri lebih produktif ;)
Dan tema untuk hari pertama adalah, "Hello new year! Ngapain aja hari ini?"
Well. Mungkin perlu dijelaskan lebih dulu, di rumah saya ngga pernah ada yang spesial dengan tahun baru selain libur dan kalender baru. Meski kalendernya juga seringkali hadiah dari bank, toko, atau kantor :)
Pengen sih liburan keluar negeri atau setidaknya traveling keliling Indonesia, menikmati matahari yang terbit pertama kali tahun ini dari puncak Bromo, atau terbakar teriknya pagi di pantai Senggigi. Tapi apalah daya diri yang jones dan jobless ini *jongkok sambil nggambar di tanah pakai ranting*
Jadi sebenarnya ngga ada agenda spesial yang saya rencanakan untuk hari ini. Tapi berhubung sejak hari kemarin sampai minggu depan di kota saya ada event bookfair, jadilah saya kesana. Sejujurnya saya katakan mungkin ada sejenis rasa obsesi pada diri saya sama yg namanya bookfair. Sejak bangku SMP hingga lulus kuliah dan pendidikan profesi, hampir semua bookfair selalu saya kunjungi. Bahkan dalam kondisi dompet sekarat alias kanker (kantong kering) alias bokek pun saya sudah cukup bahagia walau hanya dengan menatap barisan buku yang berderet di raknya (meski lebih sering kalap sih :P).
Beberapa bulan lalu bahkan saya mendapat kesempatan jaga di salah satu stand bookfair, dan rasanya sangat menyenangkan :D (terutama waktu nerima gaji :P)
Berdasarkan rasa obsesi saya yang mendalam pada bookfair itulah, meski belum lama saya belanja di bookfair Solo, tetap saya merasa wajib dateng ke bookfair Pemalang :D
Alhamdulillah kali ini saya ngga kalap (untuk beli 10 buku), hanya 4 buku saja hahaha :P
Dari 4 buku itu, salah tiganya adalah novel serial 4 wanita penghuni surga punya Sibel Eraslan yang lagi ngehits: Khadijah, Fatimah, dan Maryam. Sebenernya pengen beli 4 sekalian, tapi yang Asiyah lagi habis, hiks. Semoga lain kali masih ada kesempatan buat beli yg Asiyah :)
Dan satu buku lagi yg saya beli adalah skenario "Aku" karya Sjuman Djaya. Yups, bener bangets, itu adalah buku fenomenal di film AADC 1 yang dibaca Rangga terus bikin Cinta penasaran pengen baca juga hehehe. Udah lama banget pengen beli buku ini tapi entah kenapa baru sekarang kesampaian. Mungkin salah satunya karena sedang benar-benar rindu dengan karya sastra lama :)
Lain kali semoga saya masih bisa bercerita tentang minat saya pada karya sastra lama, tapi buat sekarang udah dulu, udah ngga sabar untuk membuka plastik, melabeli, dan bermesra-mesra dengan kawan-kawan baru saya. Besok semoga tangki semangat saya masih penuh untuk berbagi lagi. Salam :)



Note: saya menulis ini sambil dengerin bapak saya nyanyi ngikutin tembang kenangan di TV. Lalu tak terasa saya mulai ikut meyanyi. Hello 2017, please be kind ;)

Comments

Popular posts from this blog

Mitos dan Fakta Mahasiswa FK

Bisa dibilang bahwa kedokteran adalah salah satu jurusan yang tergolong kontroversial. Banyak isu dan gosip yang sering saya dengar bahkan jauh hari sebelum benar-benar jadi mahasiswa FK. Diantara desas-desus itu tak jarang yang membuat saya merasa harus berpikir ulang sebelum memilih ambil jurusan ini. Setelah terjun di dalamnya, ternyata ada isu yang bukan sekedar gosip alias fakta, dan ada pula yang ternyata zonk alias hoax alias mitos belaka. Nah dipostingan kali ini saya pengen bahas satu-satu, meski nggak semuanya karena jumlah aslinya buanyak bangets. Semoga bisa mewakili yes. Abaikan pose orang-orang yang di pinggir 1. Mahasiswa FK biasanya anak orang kaya soalnya bayar kuliahnya mahal. Menurut saya nggak seratus persen benar. Memang ada FK yang mematok harga selangit baik untuk biaya masuk maupun persemesternya, tapi banyak juga FK yang relatif terjangkau, biasanya dari universitas negeri. Selain itu ada kok mahasiswa FK kayak saya yang hanya bermodal dengkul alias m...

Idul Adha di Perantauan; Sedih Sih, Tapi... Siapa Takut? B-)

Bismillah. Errr udah paham dari judulnya ya? Yaudah deh, ga jadi cerita ah~ ^_^ Intinya selamat hari raya idul adha, mohon maaf lahir dan batin (loh?) (Hoho gambar yg cukup menghibur :D)

Tentang Kuliah di FK

Banyak orang yang berpikir kuliah di kedokteran itu keren, prestis, wah, dan sebagainya. Tak heran bila banyak yang bercita-cita jadi dokter. Banyak orang memandang dokter di masyakarat itu termasuk kalangan menengah ke atas, duitnya banyak, hidupnya santai tinggal kipas-kipas, uang datang sendiri. Tapi benarkah demikian? Saya pribadi sebelumnya ngga pernah bercita-cita jadi dokter, memimpikan pun tidak. Bagi saya jadi dokter itu ketinggian, saya benci pelajaran biologi, takut liat darah, dan orang tua saya juga ngga punya banyak uang, ditambah lagi, kuliah dokter kayaknya lama. Awalnya cita-cita saya ingin jadi sastrawan, jadi penulis buku (seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya ). Tapi kemudian saya ingin lebih realistis, karena orang tua saya ngga mungkin mengabulkan cita-cita semacam itu, dengan alasan untuk jadi penulis bisa dilakukan sambil kuliah yang lain. Jadi saya beralih untuk mengambil jalur yang sama dengan kedua kakak: menjadi guru. Kakak pertama s...